LAHJAT
1.1
Latar Belakang
Bahwasanya Tuhan menciptakan manusia beraneka
ragam bentuk fisik, warna kulit, bahasa dan budaya sehingga dengan ini terjadilah
masyarakat multicultural[1].
Dengan ini terciptalah perbedaan-perbedaan antara satu budaya dengan budaya
lain. Seperti perbedaan bahasa maupun dialek. Untuk mempelajari bentuk-bentuk
perbedaan dalam bahasa maka lahirnya ilmu sosiolingistik. Sosiolinguistik
berasal dari dua kata yaitu sosio dan linguistik
Sosio adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam
masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam
masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang
mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek
kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah
bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan
penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Abdul
Chaer (2004:2).
Maka oleh karena itu terjadilah variasi bahasa yang berbeda dari satu tempat
wilayah atau area tertentu . Oleh karena itu kami disini akan memaparkan
sedikit makalah kami yang berjudul Lahjat, dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan sebutan dialek
1.2
Tujuan Makalah
a.
Untuk
mengetahui pengertian Lahjat
b.
Untuk
mengetahui Asal-usul Perkembangan Lahjat
c.
Untuk
mengetahui Sebab-sebab Perbedaan Lahjat
d.
Untuk
mengetahui Macam-macam lahjat
e.
Untuk
mengetahui beberapa contoh Perbedaan Lahjat Pada Bahasa Arab
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Pengertian Lahjat
Lahjat adalah variasi bahasa berdasarkan pemakainya, dengan
kata lain lahjat(dialek) merupakan bahasa yang biasa digunakan oleh pemakainya,
yang pada dasarnya tergantung pada siapa pemakainya itu; darimana pemakainya
berasal, baik secara geografis dalam hal dialeg regional, ataupun secara social
dalam kaitannya dengan dialek social[2].
Variasi yang dimaksud
disini adalah
berbeda satu sama lain, tetapi masih banyak menunjukkan kemiripan sehingga
belum pantas disebut bahasa yang berbeda.
Menurut Weijen, dkk yang dikutip oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (1983), dialek adalah sistem kebahasaan yang dipergunakan
oleh satu masyarakat untuk membedakan dari masyarakat lain. Istilah dialeg atau lahjat(dalam bahasa Arab)
berasal dari bahasa Yunani disebut dialektos yang berarti varian
dari sebuah bahasa menurut pemakai. Pemberian dialek berdasarkan factor
geografis dan social serta latar belakang pendidikan.
Dialek
dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan. Jika pembedaannya
hanya berdasarkan pengucapan, maka disebut aksen. Dapat disimpulkan
bahwa dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda dari sekelompok
penutur/ pemakai yang berbeda dengan kelompok penutur lain berdasarkan atas letak geografis,
faktor sosial, kurun waktu tertentu dan lain-lain. Ilmu yang mempelajari
dialek disebut dialektologi
yaitu bidang studi yang
bekerja dalam memetakan batas dialek dari suatu bahasa.
2.2 Asal Usul dan Perkembangan Lahjat
Menurut Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (1983), pertumbuhan dan perkembangan dialek (Lahjat) sangat ditentukan oleh faktor intralinguistik
dan faktor ekstralinguistik[3]. Faktor intralingusitik, yaitu faktor bahasa itu
sendiri, faktor ekstralinguistik, seperti faktor geografis, budaya, aktivitas
ekonomi, politik, kelas social dan sebagainya.
Menurut Guiraud (1970: 26) terjadinya ragam
dialek
(Lahjat) itu disebabkan oleh adanya hubungan dan keunggulan
bahasa yang terbawa ketika terjadi perpindahan penduduk, penyerbuan atau
penjajahan. Hal yang tidak boleh dilupakan ialah peranan dialek atau bahasa
yang bertetangga di dalam proses terjadinya suatu dialek itu. Dari dialek dan
bahasa yang bertetangga itu, masuklah anasir kosakata, struktur, dan cara
pengucapan atau lafal. Setelah
itu kemudian ada di antara dialek tersebut yang diangkat menjadi bahasa baku,
maka peranan bahasa baku itu pun tidak boleh dilupakan. Sementara pada
gilirannya, bahasa baku tetap terkena pengaruhnya baik dari dialeknya maupun
dari bahasa tetangganya.
Selanjutnya,
Lahjat (dialek) berkembang menuju dua arah, yaitu perkembangan membaik dan
perkembangan memburuk. Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983),
Bahasa Sunda di kota Bandung dijadikan dasar bahasa sekolah yang kemudian
dianggap sebagai bahasa Sunda baku. Hal tersebut didasarkan kepada faktor
obyektif dan subyektif. Secara obyektif memang harus diakui bahwa Bahasa Sunda
kota Bandung memberikan kemungkinan lebih besar untuk dijadikan bahasa sekolah
dan kemudian sebagai bahasa Sunda Baku. Hal ini dialek bahasa Sunda mengalami
perkembangan membaik. Contoh perkembangan dialek yang memburuk sebagai berikut.
Pada lima tahun yang lalu, penduduk kampung Legok (Indramayu) masih berbicara
Bahasa Sunda. Sekarang penduduk kampung itu hanya dapat mempergunakan Bahasa
Jawa – Cirebon. Dengan kata lain, bahasa Sunda di kampung itu sekarang telah
lenyap, dan kelenyapan itu merupakan keadaan yang paling buruk dari
perkembangan memburuk suatu bahasa atau dialek.
2.3 Sebab-sebab Perbedaan Lahjat
Pada
tiap-tiap daerah memiliki dialek (lahjat) yang berbeda-beda, meskipun rumpun
bahasa yang digunakan adalah sama. Dialek bahasa jawa Surakarta berbeda dengan
bahasa Jawa yang ada di Jawa Timur dan daerah Purwokerto, dan sebagainya.
Perbedaan
Dialek pada garis besarnya dapat dibagi tiga macam, ketiga macam perbedaan itu
ialah sebagai berikut:
a.
Perbedaan Fonetik[4]
Perbedaan ini
berada di bidang fonologi[5].
Biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak menyadaari
adanya perbedaan tersebut. Sebagai contoh dapat dikemukakan carema
dengan cereme yaitu buah atau pohon cèrme.[6]
b.
Perbedaan Morfologi[7]
Perbedaan
morfologis merujuk kepada sistem tata bahasa yang bersangkutan . Hal tersesebut
disebabkan oleh frekuensi morfem-morfem yang berbeda, oleh kegunaannya yang
berkerabat, oleh wujud fonestisnya, oleh daya rasanya dan oleh sejumlah factor
lainnya lagi. Untuk contohnya dapat dilihat pada tabel Contoh Perbedaan Lahjat (dialek) Pada Bahasa Arab.
c.
Perbedaan Semantik
Perbedaan semantik merujuk kepada terciptanya kata-kata baru,
berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk. Peristiwa tersebut biasanya
terjadi geseran makna kata. Geseran tersebut bertalian dengan dua corak makna,
yaitu[8]:
1)
Pemberian nama yang berbeda atau lambang yang sama
dibeberapa tempat yang berbeda, seperti Balimbing dan Calincing buat
Belimbing, pada bahasa Sunda, geseran corak ini dikenal dengan istilah Sinonim.
2)
Pemberian nama sama untuk hal yang berbeda dibeberapa
tempat yang berdeda. Misalnya meri untuk anak itik dan itik pada bahasa Sunda geseran corak ini dikenal
dengan istilah Homonim[9].
2.4 Macam-Macam Lahjat
Dilihat
dari bentuknya lahjat (dialek) dibagi menjadi tiga
yaitu :
a.
Dialek Regional
Yaitu dialek yang ciri-cirinya dibatasi oleh
tempat atau letak geografis. Sering juga disebut Dialek Area. Misalnya, lingua franca[10]
bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia, tetapi setiap daerah yang ada di
Negara Indonesia memiliki dialek(lahjat) masing-masing karena disebabkan oleh letak
geografis dan kebudayaan yang berbeda-beda, ketika mereka berbahasa Indonesia
mereka memiliki dialek dan aksen yang unik karena terpengaruh dialek bahasa daerah mereka masing-masing, hal ini dapat
kita lihat pada orang Papua, orang Kalimantan, orang Bali, orang Madura, dan
lain-lain ketika mereka berbahasa atau menggunakan bahasa
Indonesia[11].
b. Dialek Sosial
Yaitu Dialek yang dipakai oleh kelompok sosial
tertentu. Misalnya, orang di kalangan Kraton pasti memiliki dialek yang berbeda
dengan orang-orang di luar kraton. Atau orang-orang yang ada di komunitas
kantor pasti dialeknya berbeda dengan orang-orang yang ada di komunitas pasar. Contohnya
seperti cara seorang anggota militer berbahasa Indonesia menunjukkan dialek
yang berbeda dengan warga sipil. Anggota militer Nampak lebih tegas, jelas, dan
lantang. Sementara anggota masyarakat sipil (non militer) Nampak menunjukkan
dialek dan aksen yang lebih lembut, luwes dan lemah.
c.
Dialek Temporal
Yaitu Dialek yang berbeda dari waktu ke waktu.
Dialek ini hanya berkembang pada kurun waktu tertentu dan bila sudah berganti
masa maka dialek itu sudah tidak ada lagi. Hal ini bisa dilihat dari ejaan,
cara penulisan dan pengucapannya. Misalnya Dialek Melayu kuno, Melayu Klasik,
dan Melayu Modern, masing-masing adalah dialek temporal dari bahasa Melayu, dan
lain-lain.
2.5 Contoh Perbedaan Lahjat (dialek) Pada Bahasa Arab
Untuk contoh perbedaan lahjat (dialek) pada
bahasa Arab, dapat dilihat pada lampiran 1. Pada tabel tersebut terdapat beberapa ungkapan dengan bahasa Arab Fushha dan bahasa Arab ‘Ammiyah Mesir dan Saudi serta terjemahan dalam bahasa Indonesia[12].
Lampiran 1 Contoh Perbedaan Lahjat (dialek) Pada Bahasa Arab
Tabel 1: Perbedaan
Lahjat (dialek) Pada Bahasa Arab
مَعْنَى
Arti
|
مَصْرِيَة
Bhs Ammiyah Mesir
|
سَعُوْدِيَة
Bhs Ammiyah Saudi
|
فُصْحى
Bhs Arab resmi
|
Selamat pagi
|
صَبَاحُ الفوْل
Shabaahul fuul
|
صَبَاحُ الْخَيْرِ
Shabaahul khair
|
صَبَاحُ الْخَيْرِ
Shabaahul khair
|
Selamat sore
|
مَسَاءُ الْخَيْرِ
Masaa ul kher
|
مَسَاءُ الْخَيْرِ
Masaa ul kher
|
مَسَاءُ الْخَيْرِ
Masaa ul khair
|
Selamat tidur
|
تَصْبَحُ عَلىَ الْخَيْرِ
Tesbah `alal kher
|
تَصْبَحُ عَلىَ الْخَيْرِ
Tesbah `alal kher
|
تَصْبَحُ عَلىَ الْخَيْرِ
Tasbahu `alal khair
|
Selamat ( hari-hari besar, ‘Ied, tahun baru.
Ultah )
|
كُلُّ سَنَةٕ وَ أنْتَ طَيِّبٌ
Kullu sanah wenta thayyib
|
كُلُّ سَنَةٕ وَ أنْتَ طَيِّبٌ
Kullu sanah winta thayyib
|
كُلُّ سَنَةٕ وَ أنْتَ طَيِّبٌ
Kullu sanatin wa anta thayyib
|
Apa
|
إِيْه
hEe
|
شنو
Syinu
|
مَا
Maa
|
Mengapa
|
لِيْه
Leyh
|
لِيْشْ
Liysy
|
لِمَاذَا
Limaadza
|
Kapan
|
إِمْتَى
Imta
|
مَتَى/ ﺇﻤﺗﻰ
Mataa / Imta
|
مَتَى
Mataa
|
Bagaimana
|
ﺇﺰﱠﻱْ
Izzay
|
كِيْفْ
Keyf
|
كَيْفَ
Kayfa
|
Apa Kabar?
|
إِزَيَّكْ
Izayyak
|
كَيْفْ حَالَك
Keyf haalak
|
كَيْفَ حَالُكَ
Kayfa haaluka
|
Bagaimana Kabarmu?
|
إِزَّيْ أخْبَارَكْ
Izzay akhbaarak
|
إيْشْ أخْبَارَكْ
Iysy akhbaarak
|
كَيْفَ أخْبَارُكَ
Kayfa akhbaaruka
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bahwasanya Lahjat adalah variasi bahasa berdasarkan pemakainya,
dengan kata lain lahjat(dialek) merupakan bahasa yang biasa digunakan oleh
pemakainya, yang pada dasarnya tergantung pada siapa pemakainya itu; darimana
pemakainya berasal, baik secara geografis dalam hal dialeg regional, ataupun
secara social dalam kaitannya dengan dialek social. Variasi yang dimaksud disini adalah berbeda satu sama lain, tetapi masih
banyak menunjukkan kemiripan sehingga belum pantas disebut bahasa yang berbeda. Dilihat
dari bentuknya dialek dibagi tiga yaitu :
a.
Dialek Regional
Yaitu dialek yang ciri-cirinya dibatasi oleh
tempat atau letak geografis. Sering juga disebut Dialek Area. Misalnya, lingua franca bangsa Indonesia adalah bahasa
Indonesia, tetapi setiap daerah yang ada di Negara Indonesia memiliki
dialek(lahjat) masing-masing karena disebabkan oleh letak geografis dan kebudayaan yang
berbeda-beda, ketika mereka berbahasa Indonesia mereka memiliki dialek dan
aksen yang unik karena terpengaruh dialek bahasa daerah mereka masing-masing, hal ini dapat
kita lihat pada orang Papua, orang Kalimantan, orang Bali, orang Madura, dan
lain-lain ketika mereka berbahasa atau menggunakan bahasa
Indonesia.
b. Dialek Sosial
Yaitu Dialek yang dipakai oleh kelompok sosial
tertentu. Misalnya, orang di kalangan Kraton pasti memiliki dialek yang berbeda
dengan orang-orang di luar kraton. Atau orang-orang yang ada di komunitas
kantor pasti dialeknya berbeda dengan orang-orang yang ada di komunitas pasar. Contohnya
seperti cara seorang anggota militer berbahasa Indonesia menunjukkan dialek
yang berbeda dengan warga sipil. Anggota militer Nampak lebih tegas, jelas, dan
lantang. Sementara anggota masyarakat sipil (non militer) Nampak menunjukkan
dialek dan aksen yang lebih lembut, luwes dan lemah.
c.
Dialek Temporal
Yaitu Dialek yang berbeda dari waktu ke waktu.
Dialek ini hanya berkembang pada kurun waktu tertentu dan bila sudah berganti
masa maka dialek itu sudah tidak ada lagi. Hal ini bisa dilihat dari ejaan,
cara penulisan dan pengucapannya. Misalnya Dialek Melayu kuno, Melayu Klasik,
dan Melayu Modern, masing-masing adalah dialek temporal dari bahasa Melayu, dan
lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul, 1995. Sosiolinguistik Suatu
Pengantar. Jakarta; PT. Kineka Cipta
Hasan, Ruqaiya dan M.A.K Halliday, 1994. Bahasa, Konteks, dan Teks:
Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta; Gadjah Mada
University Press.
Suprianto, 2009. Antropologi Konstektual.
Jakarta; CV Mediatama.
[1] Adalah berbagai macam status sosial budaya
meliputi latar belakang, tempat, agama, ras, suku, dll.
[4] adalah bagian fonologi yang mempelajari cara
menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh
alat ucap manusia
[5]
Yaitu
bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang
menganalisis bunyi(Assautiah) bahasa secara umum. Fonolologi sama dengan Ilmu Aswat.
[6] Suprianto,
Antropologi kontekstual, Jakarta; CV. Mediatama, 2009,h.129
[7]
Ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata dan mengidentifikasi
satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal untuk membentuk sebuah
kata, dalam bahasa Arab disebut Ilmu Nahwu.
[9]
kata yang sama lafal dan ejaannya dengan kata yang lain
tetapi berbeda maknanya
[10]
adalah sebuah istilah linguistik yang
artinya adalah "bahasa pengantar" atau "bahasa pergaulan"
di suatu tempat di mana terdapat penutur bahasa yang berbeda-beda
[11]
Suprianto,
Antropologi kontekstual, Jakarta; CV. Mediatama, 2009,h.136
[12]
Lih,
Attaysiir fii Ta’liim Al-Lugha Al-Arabiyah, Oleh: Saidna Zulfiqar bin Tahir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar